Malaikat Tanpa Sayap #2

Dan Gadis cantik yang duduk didepan-ku sekarang ini sambil mengaduk-ngaduk Iced Caramel Macchiato itu bernama Jennifer Adrian, seorang gadis cantik yang berusia 2 tahun dibawahku, kelas 1 SMA, pindahan dari Surabaya, Manja, lucu dan energik dan bawelnya ga ketulungan..

Malaikat Tanpa Sayap
LEA 

Sejak dia kecopetan dan merepotkan ku selama beberapa jam kami mulai menjadi begitu dekat, aku pikir wajar karena dia juga belum mempunyai banyak teman di Jakarta, dan lagi dia butuh lebih dari 1 bulan untuk beradaptasi, sebelum Jenny kemudian datang ke Starbuck tempatku bekerja bersama teman-temannya dan mengenalkan teman-temannya itu padaku. Setelah itu entah bagaimana mulanya kami terkadang mulai pergi berdua, makan, nonton atau hanya sekedar pergi menghabiskan waktu.

Aku tahu, dibalik senyumannya dia selalu kesepian, tapi aku pun tak bisa melakukan apapun untuknya, dia sama sekali tidak pernah menceritakan apapun tentang keluarganya. Satu-satunya yang pernah dia ceritakan tentang keluarganya adalah kekecewaanya waktu Mamahnya sama sekali tidak menjemput dia waktu kecopetan dan memilih arisan bersama teman-teman barunya. Itu juga alasan kenapa dia menekuk wajahnya saat itu.

Dan aku tahu, aku harus bisa memposisikan diriku dengan benar, aku sadar dengan keadaanku dan aku mengerti bahwa aku harus membuang jauh-jauh perasaan suka padanya, aku tidak mau membuang waktuku, juga uang untuk pacaran, aku sedang mengejar beasiswa Perguruan Tinggi dan membutuhkan banyak uang untuk itu.

Dan lagi untungnya, sepertinya Jennifer tergolong supel dan punya banyak sekali teman lelaki, sehingga aku bisa memposisikan diriku sama seperti mereka, atau maksimal sebagai seorang Kakak untuknya.

“ Koh, nanti habis kerja kita makan yuk, aku baru dikasih tau sama temen aku, ada tempet makan seafood yang enak banget. Pasti Kokoh suka.. “  Katanya dengan wajah manjanya..

“ Ga dech, besok pagi soalnya ada acara, harus bangun pagi.. “  Aku berusaha menolaknya, Seafood boo mahal pastinya.

“ Ichh Kokoh, jahat banget sih, lagi acara apa sih koh, besok kan minggu.. “ dia merajuk seperti biasa.

“ Besok mau latihan basket tau, kan lu dah janji mau nonton kompetisi antar sekolah akhir bulan ini “ Jawabku sekaligus membuat alasan.

“ Ya udah Koh, latihan latihan aja, kan kita makannya malem ini, ga pulang malem-malem dech janji.. “ Dia kembali memohon seperti biasa.

“ Ga dech, nanti aja ya.. “ Aku kembali menolak..

“ Ah Kokoh jahat.. pelit bweeee “ Dan seperti biasa dia langsung keluar dari Outletku.. dan aku pun harus mengejarnya sebelum dia nanti bertambah marah dan menerorku malam-malam dengan terus menelepon ke handphone ataupun telepon rumah..

Jelek ya sifatnya, tapi itu juga yang membuatnya kadang begitu sulit lepas dari pikiranku.

Tapi jauh dari sifat manja yang kekanak-kanakan, dia juga bisa begitu perhatian padaku, sesekali dia datang dan membawakanku minuman saat aku berlatih basket, terkadang teman-temanku sering mengganggu kami, tapi bukan Jenny namanya kalau tidak bisa akrab dengan mereka , malah mulai membalas semua ledekan mereka.

“ Koh, kamu jadi kan ikut pertandingan itu ?? “ Tanyanya sambil mengambil tissue dari tasnya dan memberikannya padaku.

“ Iya jadi, kenapa emang ? , Mau nonton ?? “ Tanyaku sambil meminum, isotonic yang dibelikannya tadi.

“ Ga koq, Gpp.. pengen tau aja hehe “ Jawabnya

“ Ah bilang aja, mau cuci mata cari cowo anak basket kan, “ Godaku..

“ Ich, apaan sih,, ga dech ya.. lagi nyari anak basket disini juga udah ada banyak lagi. Bau keringet semua.. “ Katanya

“ Oh bau keringet ya ? “ Aku pun memeperkan keringat dari wajahku ke tangannya, dan reaksinya seperti yang sudah bisa ditebak dia langsung marah dan lari mengejarku..

Kami pun berlari-larian dan membuat teman-temanku ikut menyoraki, bukannya menjadi malu, malah dia mengambil bola basket dan berusaha melemparku dengan bola basket itu.

“ Udah-udah ah, orang mau latihan juga, malah iseng gitu, ga lucu tau.. “ Aku membela diri, karena memang teman-temanku yang lain sudah mulai masuk ke lapangan lagi..

“ Kamu tuh ga lucu Koh, maennya kayak anak kecil jorok gitu.. “ Dia masih marah-marah dan berhasil membuat ku terpojok..

“ Udah ya, maaf dech, udah mau latihan dulu.. “ Kataku, karena aku tahu lemparannya cukup keras..

“ Makanya kesini, aku timpuk dulu bentar, pelan koq.. “ Ancamnya..

Malaikat Tanpa Sayap
LEA


Kali ini aku mengalah dan mendekat, dan seperti biasa dia kemudian melemparku dengan bola basket dengan sekuat tenaga tiga kali, iya tiga kali sampai dia puas.

“ Udah ya udah.. Sakit ini.. “ Kataku, tanganku memang benar-benar sakit, aku pun sampai berjongkok menghindari timpukan bola basket dari Jenny

“ Makanya jangan jorok toh jadi orang.. “ Dia mencibirku

“ Ya udah gw latihan lagi ya..dah ditungguin sama yang lain tuh.. “ Kataku sambil berusaha berdiri.

“ Ya udah Koh, tapi janji ya, jangan jorok lagi, awas loh “ Ancamnya

“ Iya Janji.. Katanya mau pergi.. gih pergi gih.. “ Kataku

“ Iya ga usah diusir juga mau pergi, temen-temen udah nunggu di depan, aku pergi sek yo “ Jawabnya

“ Iya, ya udah ati-ati toh ya.. “ Aku mengikuti logat surabayanya..

“ Awas kamu Koh, ngeledek aku terus ya ! “ Katanya sambil berlalu pergi.

Dan itulah Jenny, kadang aku begitu ingin memilikinya tapi aku sadar aku harus bisa mengerem diriku sendiri untuk memilikinya, karena aku tahu aku ga bisa memberikan yang terbaik buat dia, buat aku cukup untuk melihatnya, karena dia malaikat tak bersayap buatku.

Dan di akhir bulan itu, aku tak pernah menyangka kalau dia benarbenar membelikanku sebuah sepatu Basket baru, sebuah sepatu Nike Zoom Kobe yang memang sudah lama aku inginkan, tapi ga pernah bisa aku beli karena harganya yang luar biasa..

“ Ini kamu buat apa beli yang gini mahal-mahal ?? “ Protesku, aku memang senang dengan pemberiannya tapi, aku juga ga suka dia membelikan barang yang mahal buatku, buatku itu seperti hutang yang harus aku bayar.

“ Udah koq gpp, aku pengen banget Kokoh pake sepatu itu.. pake ya Koh.. Plizz “ Dia berusaha merayuku dengan wajah manjanya.

“ Ga dech, makasih ya.. nanti aku juga bisa beli sendiri koq “ Kataku , sebelum aku masuk ke ruang ganti pemain

“ Jahat banget sih Koh.. “ Dia berkata dengan sedikit keras hingga terdengar olehku

Mungkin aku sedikit keras, tapi sungguh ini adalah sebuah hal yang principal buat aku, aku ga suka kalau ada orang yang membelikan barang mahal buatku, sedangkan buat aku sendiri barang itu sangat aku sukai, aku jauh lebih bangga kalau aku bisa membeli barang itu sendiri. Dan mungkin buat Jenny barang itu murah dan dia bisa kapan saja membeli barang itu untuk dihadiahkan buat siapapun. Atau aku sebenarnya marah karena egoku sendiri ?? Jujur aku memang sudah menabung untuk membeli sepatu itu dan sekarang seseorang membelikannya buatku dengan begitu mudahnya.


“ Kenapa loe Yan ?? “ Tanya Rey sahabat sekaligus teman setimku

“ Gak, gpp.. gw main belakangan aja ya Cap.. Lagi ga bisa Konsen .. “ Jawabku padanya

“ Kenapa sih, ga biasanya loe gini ?? “ Tanyanya lagi “ Ga biasanya gini, gw ga bisa ganti loe “

“ Sebentar aja satu babak Cap.. “ Kataku

“ Hari ini penting banget, penyisihan terakhir, loe tau sendiri ada Scout Beasiswa Jalur Olahraga dari UnivUniv dan mereka mau liat loe, loe harus tunjukin yang loe bisa ke mereka.. Loe mau lepasin itu buat urusan sepele ? “ Rey berusaha mengingatkanku.

“ Ya udah kasih gw waktu 5 menit ya.. “ kataku sambil menutup wajahku dengan handuk.. Berusaha menenangkan diriku

“ Kalau soal Jenny, loe harus hargain dia, dia sampe bela-belain nanya sepatu apa yang loe mau, warna apa, terus ukuran sepatu loe.. Dia sampe neleponin gw terus buat nemenin dia pergi beli sepatu, dan sekarang loe malah ribut buat urusan sepatu itu,.. “ Kata Rey

Kepalaku bertambah pusing sekarang..Aku pun bergegas keluar dari ruang ganti, dan seperti yang aku duga, sepatu yang dibelikan Jenny tergeletak di depan pintu. Aku memungutnya dan berlari berusaha mencarinya di sepanjang Koridor itu, tapi aku tak bisa menemukannya.

Aku bergegas kembali ke ruang ganti, mengambil handphoneku dan berusaha meneleponnya namun dia terus mereject panggilanku, aku SMS berkali-kali tapi dia tidak membalasnya.

Sampai pertandingan hampir berakhir, Dia tetap tak membalas maupun mengangkat telepon dariku, SMU nyaris dipastikan menang, kami sudah unggul lebih dari 25 angka dan aku bermain cukup baik hari ini dan mencetak cukup banyak angka dari 3 point.

Tapi aku lebih butuh SMS maupun telepon dari Jenny sekarang..

Malaikat Tanpa Sayap
LEA
Aku pun minta Ray menggantiku dengan temanku yang lain, aku tahu dia pasti akan menepati janjinya untuk menonton pertandingan hari ini, dan dia pasti ada di salah satu tempat duduk di GOR ini. Aku pun mencari di setiap sudut GOR itu, hingga akhirnya aku menemukannya. Di dekat pintu keluar penonton menghadap kearah lapangan, sedangkan aku berdiri dibelakangnya

“ Jenn.. Sorry “ Aku tak berani menatap wajahnya.

“ Ngapain disini ?? Ngapain juga make sepatunya.. dibuang aja Koh, buang aja “ dia masih marah dan suaranya bergetar karena menangis, iya dia menangis

Aku sering melihat dia sedih, tapi aku belum pernah melihatnya menangis..
Aku memeluknya dari belakang,

“ Sorry Jenny, aku emosi sesaat kamu tahu kan aku nabung mati-matian buat sepatu ini, jadinya aku agak marah waktu kamu beliin itu, tapi Rey juga cerita gimana kamu memaksa dia buat nemenin kamu beli sepatu ini, nyari tahu sepatu apa yang aku suka, warna apa, ukuran sepatunya.. dan kamu liat aku bisa maen bagus pake sepatu ini kan.. Karena sepatu ini dari kamu. “

“ Kamu Jahat Koh, kamu nganggep aku kayak orang laen, aku cuma mau kasih sesuatu buat kamu. Ke orang yang aku sayang.. kenapa sih kamu ga bisa ngehargain itu ? “

“ Iya aku bukan ga ngehargain kamu, aku cuma lupa, aku juga ga bisa lagi pura-pura menutup perasaan aku ke kamu. Udah 4 bulan berlalu sejak kamu naek ke motor aku, mukulin aku, habisin pulsa aku dan sekarang memang aku sayang sama kamu “ bisikku

“ Aku cuma mau ngebantu kamu, dapetin semua cita-cita kamu.. itu aja Koh.. “ , “ Aku pengen selalu ada di setiap mimpi yang Kokoh punya, bukan berdiri disamping Kokoh, tapi ikut bermimpi sama Kokoh."

“ Iya aku tahu, maafin aku ya.. Jangan nangis lagi ya.. “ aku mengusap air mata di pipinya.

“ Iya Koh, aku mau dipeluk lagi.. tapi nanti ya.. kamu bauuuu “ Dia tersenyum bercanda mengodaku

“ Dasar kamu… “ Aku tersenyum dan memeluknya erat, ya memeluk malaikatku yang tak bersayap.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Malaikat Tanpa Sayap #2"

Post a Comment